Senin, 06 Juni 2011

5. EKSKRESI PADA HEWAN

5. EKSKRESI PADA HEWAN
OLEH: NUR ILMIYATI

5a. EKSKRESI PADA HEWAN RENDAH
o Yang dimaksud dengan ekskresi ialah pengeluaran bahan-bahan yang tidak berguna yang berasal dari sisa metabolisme (katabolisme) atau bahan yang berlebihan dari sel atau tubuh suatu organisme.
o Sisa metabolisme yang mengandung nitrogen ialah amonia (NH3), urea dan asam urat. Bahan tersebut berasal dari perombakan protein, purin dan pirimidin
o Amonia dihasilkan dari proses deaminasi asam amino. Amonia merupakan bahan yang sangat racun yang dapat merusak sel.
o Pada hewan akuatik (Protozoa, Porifera, Coelenterata dan sebagainya) dengan cepat berdifusi dalam air sekelilingnya.
o Hewan-hewan yang mengekskresikan amonia disebut Hewan amonotelik.
o Bagi hewan-hewan yang hidup di darat amonia menjadi masalah untuk kelangsungan hidupnya jika ditimbun dalam tubuhnya.
o Karena itu pada hewan yang hidup di darat amonia segera diubah di dalam hati menjadi persenyawaan yang kurang berbahaya bagi tubuhnya yaitu dalam bentuk urea dan asam urat.
o Kebanyakan mamalia, amfibi, dan ikan mengekskresikan urea, dan hewan-hewan tersebut biasa disebut Hewan ureotelik.
o Urea mudah larut dalam air dan diekskresikan dalam cairan yang disebut urin. Karena itu tubuh mamalia, amfibi, dan ikan mengeluarkan banyak urin.
o Pada burung sebagian reptil dan serangga dan biasanya hidupnya sangat menghemat air, sehingga senyawa yang diekskresikan tidak bersifat racun yaitu asam urat. Hewan-hewan tersebut disebut Hewan urikotelik.
o Asam urat tidak larut dalam air, sehingga asam urat yang diekskresikan berbentuk padat bersama faeses.
o Pada hewan ovipar yang telurnya berkulit keras ekskret yang dihasilkan baik pada waktu embrio atau setelah dewasa adalah asam urat.
Pembentukan Bahan-bahan Ekskresi
Amonia adalah hasil deaminasi asam amino yang terjadi terutama di dalam hati, tetapi di dalam ginjal terjadi pula proses deaminasi. Amonia merupakan persenyawaan yang sangat bersifat racun, karena itu di dalam tubuh harus segera diubah dengan cara memakainya dalam
1. Aminasi asam keto
2. Aminasi asam glutamat
3. Pembentukan urea
Urea berasal dari bahan organik tertentu seperti asam amino dan purin.
Pembentukan urea terjadi di hati. Urea sangat larut dalam air dan sifat racunnya lebih kecil dari amonia. Ada tiga macam-macam amino yang berperan dalam pembentukan urea, yaitu Ornitin sitrulin, dan arginin
Asam Urat merupakan sisa metabolisme yang mengandung nitrogen. Pada burung, reptil, beberapa jenis siput dan serangga. Dibentuk dari amonia dan mengandung hitrogen yang lebih sedikit dibandingkan dengan urea. Sifat racurnya sangat kecil dan tidak larut dalam air, diekskresikan dalam, bentuk krisral.
Pembentukan asam urat merupakan suatu adaptasi untuk penghematan air. Asam urat dibentuk pada hati burung dan reptil serta pada pembuluh malphigi serangga. Asam urat pada hewan tersebut berasal dari metabolisme protein dan purin.
Pada manusia dan mamalia , asam urat berasal dari metabolisme purin. Asam urat pada beberapa jenis mammalia dan sejumlah serangga dioksidasi lagi menjadi alantoin.
Sisa Metabolisme Lain, Beberapa jenis persenyawaan yang mengandung nitrogen diekskresikan oleh beberapa jenis hewan antara lain :
1. Guanin sebagai persenyawaan yang diekskresikan oleh beberapa jenis Arthropoda (laba-laba).
2. Xantin dan hipoxantin diekskresikan oleh sejumlah serangga
3. Asam hippurat dan asam orniturat. Pada mammalia terdapat asam benzoat yang bersifat racun, bergabung dengan glisin menjadi asam hippurat yang sifat racunnya berkurang. Pada burung asam benzoat bergabung dengan ornitin menjadi asam orniturat
4. Trimetilaminoksida, diekskresikan oleh Teleostei karena dalam makanannya banyak mengandung trimetilamin.

Alat-alat Ekskresi pada Hewan Rendah
1. Protozoa
o Pada umumnya Protozoa belum mempunyai alat ekskresi khusus, sisa-sisa metabolisme dikeluarkan melalui membran sel tubuhnya dengan cara difusi.
o Meskipun demikian sejumlah spesies mempunyai vakuola kontraktil yang berfungsi sebagai alat ekskresi.
o Selain vakuola kontraktil sisa metabolisme dapat berdifusi ke luar tubuh melalui membran sel tubuhnya.
o Hanya Protozoa yang hidup di air tawar mempunyai vakuola kontraktil. Sisa metabolisme berupa amonia.
2.Poritera
o Poritera merupakan hewan bersel banyak yang tidak bergerak. Hidup terutama di air laut. Air mengalir melalui pori dan akhirnya ke luar melalui oskulum. Sisa metabolisme berupa amonia dibuang dengan cara difusi.
3.Coelenterata
o Coelenterata juga tidak mempunyai organ khusus untuk ekskresi, sisa metabolisme berupa amonia langsung dibuang melalui permukaan tubuhnya secara difusi ke lingkungan air tempat hidupnya.
4.Platyhelminthes
o Platyhelminthes atau cacing pipih seperti Planaria, cacing hati dan cacing pita. Cacing ini mempunyai sistem ekskresi yang berbentuk pembuluh memanjang kiri dan kanan tubuhnya.
o Dari pembuluh ini terdapat cabang berupa pembuluh halus. Pada setiap ujung pembuluh halus terdapat sel api yaitu sel yang terdapat rongga yang didalamnya terdapat kumpulan silia yang terus bergerak seperti nyala api.
5. Nematoda
o Sistem ekskresi pada Nematoda berupa satu atau dua sel kelenjar (sel renette). Dari sel kelenjar ini diduga terbentuk sistem pembuluh yang berbentuk H.
6. Annelida
o Alat ekskresi pada annelida ialah netridium, ada beberapa macam nefridia.
o Misalnya protonetridia yang mempunyai solenosit (sel api) yang serupa denga alat ekskresi pada cacing pipih.
o Macam nefrida lain terdapat pada annelida yang hidup di darat disebut metanefridia.
o Ekskresi sampah metabolisme dan pembuangan air terjadi dengan dua cara yaitu
o sisa metabolisme dan cairan dari coelom diambil melalui corong (nefrostome) dan
o yang berasal dari darah diambil oleh bagian pembuluh nefridia dari pembuluh darah kapiler.
7. Arthropoda
Terdapat berbagai macam alat ekskresi pada arthropoda seperti:
a. Kelenjar hijau (kelenjar antenna) pada udang-udangan,
b. Kelenjar koksa pada Arachnida,
c. Pembuluh malphigi pada serangga.
a. kelenjar hijau (kelenjar antenna) pada udang-udangan, Kelenjar antenna berfungsi untuk ekskresi sisa metabolisme yang mengandung nitrogen.
Pada udang air tawar urine hipotonis dibandingkan dengan darah, hal ini krn kelenjar antena dpt mengembalikan garam-garam ke dalam darah (reabsorpsi) melalui tubulus.
Pada Crustacea laut urinenya isotonis.
b. Kelenjar koksa pada Arachnida,
Kelenjar koksa mempunyai lubang keluar di bagian belakang koksa (ruas pertama kaki).
Sisa metabolisme ialah guanin.
c. Pembuluh malphigi pada serangga.
o Hampir semua serangga mempunyai alat ekskresi berupa pembuluh malpighi.
o Jumlah pembuluh antara 2 – 250 buah. Pembuluh malpighi mengabsorparsi sisa metabolisme dari darah pada rongga tubuh.
o Jaringan tubuh serangga menghasilkan kaliumurat yang larut pada darah.
o Kaliumurat diabsorpsi oleh pembuluh malpighi dan bereaksi dengan air dan CO2 membentuk KHCO3 dan asam urat.
8. Mollusca
o Sistem ekskresinya disebut ginjal yang merupakan kumpulan dari nefridia.
o Ginjal mempunyai hubungan dengan coelom dan kaya dengan pembuluh darah.
o Terjadi proses filtrasi ke saluran nefridia.
o Sisa metabolisme umumnya amonia tetapi pada Ophistobranchia mengekskresikan asam urat dan Bilvalvia mengekskresikan urea.
9. Echinodermata
o Kulit dan insang bukan saja berfungsi untuk bernafas tetapi juga untuk ekskresi.
o Sisa-sisa metabolisme dari cairan coelom berdifusi melalui papillae ke luar tubuhnya.
o Sisa metabolisme berupa amonia dan juga asam amino.

5b. SISTEM EKSKRESI PADA VERTEBRATA
Ginjal Vertebrata mengalami perkembangan baik secara evolusi atau sejalan dengan perkembangan embrio pada hewan anamniota dan amniota.
Leluhur Vertebrata mempunyai sepasang ginjal primitif yang disebut arkinefros.
Arkinefros terdiri atas dua saluran arkinefrik yang letaknya di kiri dan kanan sebelah dorsal rongga tubuh.
Tiap pembuluh arkinefrik ujungnya terbuka pada rongga tubuh (coelom) yang merupakan corong dengan banyak silia dan disebut nefrostoma.
Dekat dengan tiap nefrostome terdapat glomerulus.
Cairan dari darah ke luar melalui glomeruli ke coelom.
Dari coelom cairan yang mengandung sampah metabolisme ini diambil oleh ginjal arkinefrik melalui nefrostome.
Pada Vertebrata yg ada sekarang ginjal mengalami perkembangan dalam dua fase atau tiga fase yaitu pronefros, mesonefros dan metanefros.
Pronefros mempunyai persamaan dengan arkinefrik.
Ginjal pada anamniota disebut opistonefros yang identik dengan mesonefros.
Bangsa reptil, burung dan mamalia termasuk hewan amniota.
Hewan-hewan ini mempunyai perkembangan ginjal mulai dari pronefros, mesonefros dan metanefros.
Setelah metanefros berfungsi, mesonefros mengalami degenarasi.
Pembuluh mesonefrik dan saluran arkinefrik kemudian menjadi bagian alat kelamin jantan seperti epididimis dan duktus deferens.
Pada hewan betina menjadi rudimenter (tinggal bekas-bekasnya saja).
Struktur Ginjal
 Ginjal merupakan struktur utama untuk ekskresi pada Vertebrata samping sebagai alat ekskresi ginjal mempunyai fungsi yang sangat penting untuk memelihara lingkungan internal pada tubuh.
 Ginjal mempunyai bentuk seperti sebuah biji kacang.
 Dilihat pada belahan sagital terdapat dua bagian sebelah luar disebut korteks dan bagian sebelah dalam merupakan bagian terbesar dari ginjal disebut medulla terdiri atas beberapa piramid.
 Piramid berisi sel jumlah pembuluh yang bermuara pada rongga di tengah ginjal yang disebut pelvis. Di daerah pelvis arteri dan vena renalis masuk ke dalam ginjal.
 Bagian korteks berisi sejumlah badan malpighi, tubulus proksimal, lengkung henle dan tubulus distal dari sebuah nefron. Secara histologis ginjal dibangun oleh sejumlah besar nefron atau di sebut pula tubulus uriniferus.
 Pada manusia sebuah ginjal mempunyai 1 juta nefron dan pada ginjal tikus terdapat kira-kira 30 ribu buah nefron.
 Tiap nefron terdiri atas badan malpighi, tubulus proksimal, lengkung Henle, tubulus distal dan tubulus pengumpul (collecting tubule).
 Badan malpighi terdiri atas kapsula Bowmann dan di dalam kapsula terdapat glomerulus. Kapsul Bowmann mempunyai dinding rangkap yang di dalamnya terdapat glomerulus. Glomerulus merupakan untaian dari sejumlah kapiler.
 Kapsul Bowman berhubungan dengan pembuluh yang berkelok-kelok pada daerah korteks yang disebut tubulus proksimal. Kemudian bersambung dengan bagian pembuluh yang melengkung pada daerah medulla yang disebut lengkungan Henle. Lengkung (gelung) Henle berhubungan dengan tubulus distal dihubungkan dengan pembuluh pengumpul. Pembuluh pengumpul berhubungan dengan sejumlah nefron.Letaknya mulai dari korteks dan berakhir di bagian piramid.
 Nefron dikelilingi oleh jalinan pembuluh kapiler. Antara pembuluh kapiler dan nefron tjadi pertukaran berbagai bahan.
 Kapsul Bowman mempunyai dinding sangat tipis dari sel-sel endotelial, sedangkan gelung Henle dindingnya berupa sel-sel kuboidal (bentuk kubus).
Suplai Darah
Ginjal menerima banyak sekali darah. Ginjal pada seorang dewasa menerima kira-kira 1,3 liter darah tiap menit.
Darah berasal dari arteri renalis. Setelah memasuki ginjal arteri bercabang menjadi sejumlah arteriol yaitu arteriol aferen. Arteriol aferen bercabang membentuk kapiler glomerulus.
Kapiler glomerulus bersatu kembali membentuk arteriol eferen yang kemudian membentuk kapiler peritubular mengelilingi tubulus proksimal, gelung Henle dan tubulus distal dari nefron yang sama.
Setelah itu kapiler-kapiler tersebut bermuara pada sebuah venule yang kemudian bergabung menjadi vena renalis menuju vena cava inferior
 Fungsi penting dari ginjal ialah :
1. Membuang sisa-sisa metabolisme dari tubuh seperti urea, sulfat dan lain-lain.
2. Mengatur konsentrasi ion hidrogen darah mengeluarkan kelebihan asam atau basa.
3. Untuk membuang kelebihan bahan makanan tertentu seperti gula dan asam amino jika konsentrasi di dalam darah bertambah
4. Untuk membuang bahan-bahan yang berbahaya bagi tubuh seperti obat-obatan, bakteri, iodida, pigmen dan lain-lain.
5. Memelihara tekanan osmotik darah dengan mengatur ekskresi air dan garam anorganik dan memper-tahankan volume darah konstan.
6. Mengatur tekanan darah arteri dgn mengeluarkan hormon renin
 Mekanisme Pembentukan Urin
Pada tahun 1844 Ludwing mengatakan bahwa adanya air dan bahan-bahan terlarut pd urin disebabkan oleh proses pada glomerulus .
Fungsi dari tubulus uriniferus ialah untuk memekatkan urin dengan cara reabsorpsi.
Pada tahun 1917 Cushny mengemukakan modifikasi dr teori Ludwing.
Ia mengatakan bahwa terjadi filtrasi plasma melalui glomerulus yang menghasilkan filtrat berupa air melalui tubulus (pd nefron) sebagian air, glukosa, asam amino dan bahan-bahan lain yang berguna direabsorpsi oleh epitel tubulus dikembalikan pada darah.
Teori ini dikenal dengan teori filsafat reabsorpsi sekresi
 Filtrasi Glomerular
Kapiler pada glomerulus sangat permeabel, tetapi bahan-bahan yang mempunyai berat molekul 67.000 ke atas tidak dapat keluar dari kapiler.
Karena itu protein dengan molekul makro seperti protein plasma (albumin, globulin dan lainnya) dan benda-benda darah seperti SDP dan SDM tidak dapat lolos dari kapiler.
Garam-garam anorganik (Na+, K+, Cl-, HCO3-), air dan bahan organik seperti urea, asam urat, glukosa, asam amino dan lain-lainnya dapat lolos dari kapiler dengan mudah ke rongga kapsul Bowmann. Proses yang selektif ini disebut ultrafiltrasi.
Cairan hasil filtrasi ini disebut filtrat glomerular yang mempunyai komposisi plasma darah minus protein. Filtrat glomerular atau urin primer terbentuk karena adanya tekanan filtrasi.
Tekanan filtrasi terjadi karena perbedaan tekanan darah (tekanan hidrostatik) dan tekanan osmotik protein plasma darah (tekanan onkotik).
Pada manusia tekanan hidrostatik kapiler glomerulus kira-kira 70-90 mmHg dan tekanan osmotik plasma darah kira-kira 20-30 mmHg.
Selain itu terdapt pula tekanan intrarenal pada kapsul dan tubulus kurang lebih 20 mmHg.
Dari ketiga macam tekanan ini dapat dihitung tekanan filtrasinya yaitu:
TF = TH - TO - TIR
= 75- - 30 - 20 mmHg
= 25 mmHg
Keterangan
TF = Tekanan Filtrasi
TH = Tekanan Hidrostatik
TO = Tekanan Osmotik (onkotik)
TIR = Tekanan Intrarenal
Jumlah filtrat yg dihasilkan glomerulus tiap menit disebut Kecepatan filtrasi glomerular.
Pada orang dewasa kecepatan filtrasi pada tekanan filtrasi 25 mmHg kira-kira 120 ml per menit.
Pada setiap hari kurang lebih 150 - 170 liter urine primer terjadi.
Dari sebanyak urin primer tersebut hanya 1-1,5 liter urin terjadi karena sebagian besar dari urin primer berupa air dan bahan-banan yang diperlukan tubuh direabsorpsi melalui tubulus pada nefron.
 Reabsorpsi pada Nefron
Bahan-bahan yang vital diperlukan tubuh direabsorpsi tubulus dari nefron dan sisanya menjadi urin. Bahan-bahan tertentu dapat direabsorpsi seluruhnya sepanjang belum melebihi konsentrasi ambang.
Jika melebihi konsentrasi ambang bahan-bahan tersebut tidak semua direabsorpsi dan akan terbawa bersama urin. Glukosa dan asam amino merupakan bahan yang mempunyai sifat tersebut di atas.
a. Reabsorpsi Glukosa
Pada manusia dewasa jika kecepatan filtrasi 120 ml per menit, glukosa yang ditransfer dari darah ke filtrat kira-kira 120 mg.
Secara normal semua glukosa akan direabsorpsi oleh nefron. Reabsopsi terjadi pada tubulus proksimal dengan mekanisme transpor aktif: yang memerlukan ATP. Kecepatan reabsorpsi glukosa maksimum per menit pada manusia dewasa kira-kira 350 mg.
Dalam bahasa Inggris tubular maximum for glucose (TmG). Untuk wanita TmG lebih kecil kira-kira 300 mg per menit.
Jika glukosa terlalu banyak dan tidak dapat direabsorpsi, glukosa akan terdapat dalam urin. Peristiwa ini disebut Glukosuria.
b. Reabsorpsi Air
Tekanan osmotik pada plasma darah cenderung tetap disebabkan adanya garam-garam anorganik yang bersifat elektrolit.
Jika tubuh banyak menerima air misalnya dari minuman, menyebabkan plasma menjadi encer.
Hal ini menyebabkan turunnya tekanan osmotik dan menyebabkan sejumlah air diekskresikan. Jadi ekskresi tergantung osmolaritas plasma.
Bertambah banyaknya pengeluaran urin disebut diuresis dan bahan kimia yang menyebabkan diuresis disebut diuretikum.
Contoh zat diuretikum misalnya kafein, urea, NaCL dan Na2SO4.
Secara normal tiap hari kira-kira dihasilkan 150 - 180 liter filtrat glomerular tiap hari 80% dari filtrat direabsorpsi melalui tubulus proksimal.
c.Reabsorpsi garam Anorganik
Ion natrium, klorida dan bikarbonat secara selektif direabsorpsi pada tubulus proksimal.
Reabsorpsi Na+ bersama-sama dengan reabsorpsi air. Reabsorpsi Na+ dibantu oleh homon dari bagian korteks adrenal.
Kalium juga terdapat dalam jumlah kecil pada filtrat glomerular. Secara normal K+ direabsorpsi melalui tubulus proksimal.
Pada urin ditemukan K+ yang berasal dari sekresi tubulus distal yang berperan dalam keseimbangan asam-basa.
Seperti telah dikatakan di muka ginjal berperan dalam filtrasi, reabsorpsi dan sekresi.
Sekresi dan reabsorpsi natrium dan kalium dipengaruhi oleh hormon aldosteron (dari adrenal bagian korteks).
Transfer Na+, K+, NH4-, Cl-, HCO3- dan PO4- diatur dalam ginjal bukan saja untuk memperoleh konsentrasi ion yang diperlukan dalam cairan tubuh tapi juga penting dalan regulasi pH darah atau cairan tubuh lainnya.
d. Diuresis
Jika urin yang dihasilkan bertambah banyak disebut diuresis.
Bahan-bahan yang menyebabkan diuresis disebut diuretikum.
Urea dan glukosa juga kafein mempunyai efek diuresis.
Bahan diuretika merupakan bahan yang tidak dapat direabsorpsi. Karena itu menambah osmopolaritas (tekanan osmotik) pada tubulus.
Pada nefron terjadi sekresi air pada lengkung Henle desenden karena adanya zat diuretikum yang menambah tekanan osmotik, maka reabsorpsi air tadi tidak terjadi..
Karena itu urin akan bertambah encer yang menyebabkan bertambahnya jumlah urin.
Hewan pemakan daging menyebabkan konsentrasi urea bertambah. Karena itu hewan tersebut memerlukan lebih banyak air.
Orang yang diabetes akan mengeluarkan urin lebih banyak dan terjadi diuresis. Diuresis semacam ini dapat menyebabkan dehidrasi.
Pada keadaan stress (tertekan) dapat terjadi diuresis atau sebaliknya.
Hal ini diduga karena pengaruh saraf vasomotor yang menambah atau mengurangi aliran darah ke ginjal karena penyempitan (vasokontriksi) dan pelebaran (vasodilatasi) dari arteriol
 Mekanisme Counter Current (lawan arus)
Menurut model counter current terdapat 3 faktor yang menunjang mekanisme counter current yaitu:
1. Lengkung Henle desenden (turun) permeabel terdapat air, sedangkan lengkung Henle asenden (naik) permeabilitasnya kecil sekali boleh dikatakan impermeabel.
2. Lengkung Henle asenden merupakan tempat transpor aktif untuk pengeluaran Na+.
3. Lengkung Henle yang berbentuk U menghasilkan arus cairan yang berlawanan.
 Hormon Anti Diuretikum (HAD)
Pengeluaran hormon antidiuretikum oleh hipofisis bagian belakang dipengaruhi oleh kadar air pd darah.
Jika darah kekurangan air hipofisis mengeluarkan HAD dan HAD mempengaruhi tubulus kolektor menjadi permeabel.
Karena itu reabsorpsi air bertambah banyak sehingga urin lebih pekat.
Jika darah mengandung lebih banyak air HAD tidak dihasilkan karena itu reabsorpsi air pada tubulus-kolektor sedikit karena itu urin encer.
Mekanisme ini mengatur keseimbangan air pd tubuh.
 Komposisi Urin
Komposisi urin bervariasi tergantung kepada jenis makanan dalam jumlah air yang diminum.
Pada manusia dewasa kira-kira 1-1,5 liter per hari. Di daerah panas urin dihasilkan lebih sedikit bandingkan didaerah dingin.
Coba apakah Anda dapat menjelaskannya.
Urin normal biasanya transparan dan warna kuning muda karena adanya pigmen urokrom (bilirudin dan biliverdin).
Masa jenis + 1.005 - 1,04 dengan pH 6,0
Selain ginjal alat ekskresi yang lain adalah:
1. Hati (Hepar)
2. Kulit (Integumen)
3. Paru-paru (Pulmo)
Hati (Hepar)
Hati merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh manusia (2 kg) yang terletak di rongga perut sabelah kanan di bawah diafragma
 Hati menghasilkan empedu (bilus) yang mengandung zat sisa dari perombakan eritosit di dalam limpa
 Hati berfungsi:
- Menyimpan gula dalam bentuk glikogen
- Mengatur kadar gula darah
- Tempat pembentukan urea dari amonia
- Menetralkan racun
- Membentuk vitamin A dari provitamin A
- Tempat pembentukan fibrinogen protrombin
- Sel darah merah yang sudah tua (histiosita) dipecah didalam hati.
Kulit (integumen)
 Merupakan lapisan terluar tubuh manusia dan merupakan pelindung bagian dalam tubuh
 Fungsi Kulit:
 Mengeluarkan keringat
o Kelenjar keringat menyerap air dan garam dari darah di pembuluh kapiler.
o Keringat dikeluarkan melalui pori-pori (50 mL/jam dalam keadaan normal)
 Melindungi bagian dalam tubuh dari gesekan, kuman, penyinaran, panas dan zat kimia
 Mengatur suhu tubuh
 Menerima rangsangan dari luar
 Mengurangi kehilangan air
Paru-paru (pulmo)
 Manusia memiliki sepasang paru-paru yang terletak di rongga dada.
 Paru-paru berfungsi sebagai organ pernafasan yaitu menghirup oksigen dan mengeluarkan CO2 + uap air
 Uap air dan CO2 berdifusi di dalam alveolus kemudian dikeluarkan
Kelainan dan Penyakit
 Nefritis : radang ginjal bagian nefron yang diawali peradangan glomerulus
 Albuminuria : urine banyak mengandung albumin, disebabkan karena kekurangan protein, penyakit ginjal dan hati. Akibatnya tubuh kekurangan albumin yang menjaga agar cairan tidak keluar dari darah
 Kencing Batu : sulit buang urine, terjadi karena pengendapan zat kapur dalam ginjal. Pengobatan : pembedahan, obat-obatan dan penembakan dengan sinar laser
 Hematuria : urine mengandung darah, Penyebab: peradangan ginjal, batu ginjal dan kanker kandung kemih
 Nefrolitiasis (batu ginjal): urine sulit keluar karena tersumbat batu pada ginjal, saluran ginjal atau kandung kemih, Penyebab :konsentrasi unsur-unsur kalsium terlalu tinggi dan dipercepat dengan infeksi dan penyumbatan saluran ureter. Akibat : sulit mengeluarkan urine, urine bercampur darah
 Gagal ginjal : Meningkatnya kadar urea dalam darah, Penyebab Nefritis (radang ginjal). Akibat : Zat-zat yang seharusnya dibuang oleh ginjal tertumpuk dalam darah. Pengobatan : Cuci darah secara rutin atau cangkok ginjal
 Diabetes Insipidus : Meningkatnya jumlah urine (20 – 30 kali lipat), Penyebab : Kekurangan hormon antidiuretika (ADH), Akibat : Sering buang urine, Pengobatan : Pemberian ADH sintetik
 Diabetes Melitus : Kadar glukosa darah melebihi normal, Penyebab : Kekurangan hormon insulin, Akibat : Luka sulit sembuh. Pengobatan : Pada anak-anak diberi insulin secara rutin dan pada dewasa dilakukan diet rutin, olahraga dan pemberian obat penurun kadar glukosa darah
 Hepatitis : Perubahan warna kulit dan putih mata menjadi kuning, urine menjadi kecoklatan seperti air teh. Penyebab : Virus Hepatitis ditemukan sudah cukup banyak dan digolongkan menjadi virus hepatitis A, B, C, D, E, G, dan TT. Akibat : Hati meradang dan kerja hati terganggu. Pencegahan : Menjaga kebersihan lingkungan, menghindari kontak langsung atau penggunaan barang bersama-sama dengan penderita hepatitis, gunakan jarum suntik untuk sekali pakai.
 Sirosis Hati : Timbulnya jaringan parut dan kerusakan sel-sel pada hati. Penyebab : Minuman alkohol, keracunan obat, infeksi bakteri, komplikasi hati. Akibat : Gangguan kesadaran, koma, kematian. Pengobatan : Sesuai penyebabnya, pemulihan fungsi hati dan transplantasi hati
 Gangren : Kematian jaringan lunak pada kaki atau tangan diawali dengan kebiruan pada kulit dan terasa dingin jika disentuh, kemudian menghitam dan berbau busuk. Penyebab : Gangguan pengaliran darah kejaringan tersebut. Sering terjadi pada penderita diabetes melitus dan aterosklerosis. Akibat : Bila tidak dapat disembuhkan dengan antibiotik, bagian terkena gangren harus diamputasi.

5c. OSMOREGULASI PADA HEWAN
 Osmoregulasi erat sekali hubungannya dengan sistem ekskresi
Osmoregulasi pada hewan rendah
 Pada invertebrata (hewan rendah) yang hidup di laut seperti anemon laut, sejenis kepiting (Maia) dan binatang laut, cairan tubuhnya isotonik dengan air laut.
 Pada binatang laut dan Echinodermata lainnya air laut mengisi sistem saluran air pada tubuhnya.
 Karena cairan tubuhnya isotonik dengan air laut, maka hewan – hewan itu tidak perlu mengatur keseimbangan air tubuhnya (osmoregulasi).
 Kepiting laut (Carsinus) mempunyai kemampuan terbatas dalam osmoregulasi.
 Kemampuan untuk mengatur keseimbangan air tubuhnya terbatas, karena itu Carsinus tidak dapat hidup di air tawar.
 Pada air laut yang mengalami pengenceran Carsinus dapat mempertahankan tekanan osmotiknya lebih tinggi dari air laut lingkungannnya.
 Kepiting lain (Eriocheir) punya kemampuan osmoregulasi lebih tinggi daripada Carsinus.
 Meskipun osmoregulasi penting untuk dapat bermigrasi secara tetap dari laut ke air tawar, tidak berarti tidak ada penyesuaian lain.
 Ada dua kemungkinan lain dalam penyesuaian dengan lingkungannya yaitu :
1. Hewan tersebut jaringan tubuhnya mempunyai toleransi terhadap perubahan silinitas yang besar. Misal pada cacing laut.
2. Beberapa jenis hewan menghindarkan diri dari perubahan salinitas lingkungannya dengan tingkah laku tertentu.
Misal siput di muara sungai pada waktu air surut, memasukkan tubuhnya ke dalam lumpur.
 Mekanisme Osmoregulasi hewan rendah
 Pada Protozoa vakuola kontraktil berperan dalam osmoregulasi. Cairan tubuh (sel) Protozoa hipertonik dengan lingkungannya (air tawar).
 Penambahan sedikit garam pada air menyebabkan pengeluaran air dari vakuola makin jarang.
 Kerja vakuola memerlukan energi. Dengan mikroskop elektron terlihat banyak mitokondria sekitar vakuola kontraktil.
 Pada Crustacea misalnya Carsinus kelenjar antenna mengeluarkan urin yang isotonik dengan darahnya. Jadi air dan garam dikeluarkan melalui urin karena kelenjar antenna tidak dapat mereabsorpsi garam.
 Kekurangan garam diperoleh dari absorpsi garam dengan insangnya sehingga darahnya tetap hipertonik dibanding dengan lingkungannya.
 Pada udang air tawar kelenjar antenna mengeluarkan urin hipotonik. Hak ini karena udang air tawar kelenjar antenna mempunyai tubulus yang dapat mereabsorpsi garam sehingga darah udang air tawar hipertonik dibandingkan dengan lingkungannya.
Mekanisme osmoregulasi vertebrata.
 Ikan air tawar mempunyai cairan tubuh hipertonik dengan lingkungannya
 Kulit ikan dapat dikatakan permeabel untuk air dan garam. Karena air dapat masuk ke dalam tubuh ikan sebaliknya garam dapat ke luar melalui kulit.
 Kelebihan air dibuang melalui ginjal sedangkan garam – garamnya direabsorpsi oleh ginjal.
 Urinnya hipotonik, kekurangan garam diatasi dengan cara absorpsi garam dari air oleh insang.
 Ikan air laut mempunyai cairan tubuh hipotonik dengan air lingkungannya.
 Karena itu air akan ke luar melalui kulitnya dan garam masuk melalui kulit.
 Kekurangan air diatasi dengan minum air laut, tapi garam ditambah melalui difusi melalui kulit dan dari air laut yang diminum.
 Kelebihan garam diekskresikan melalui insang.
 Ekskresi garam pada ikan air laut maupun pengambilan garam ikan air tawar dengan insangnya dilakukan dengan transpor aktif.
 Karena pada ikan (Toleostei) dan reptil air laut, pada malpighinya kecil atau tidak ada maka pengeluaran sampah metabolisme terbatas.
 Untuk mengatasi hal ini insang membantu pengeluaran sampah metabolisme tersebut. Urin isotonik dengan air laut
 Ikan Hiu dan pari (Elasmobranchii) darahnya hipotonik dibandingkan air laut.
 Untuk mengatasi agar tidak banyak kehilangan air maka urea dipertahankan pada darahnya sampai darahnya isotonik bahkan sedikit hipertonik dengan air laut.
 Urin Elasmobranchii isotonik, untuk menambah kekurangan air diatasi dengan jalan minum air laut.
 Kelebihan garam tidak diekskresikan melalui insang tetapi melalui kelenjar rectum.
 Beberapa jenis vertebrata seperti camar dan pinguin yang hidup di laut makan hewan laut yang bergaram dan kadang – kadang minum air laut.
 Untuk mengeluarkan kelebihan garam terdapat kelenjar garam pada hidung dan juga urin hipertonik karena mengandung garam.
 Kura – kura laut (penyu) juga mempunyai kelenjar garam dekat matanya.
 Cara mengatasi hewan darat kehilangan air karena penguapan, antara lain:
 Mempunyai integumen (kulit) yang kedap air sehingga mengurangi kehilangan air. Misal pada serangga, reptil, burung dan mammalia.
 Dengan tingkah laku misalnya waktu terik matahari berlindung di lubang dalam tanah.
 Dengan menghasilkan sisa metabolisme bernitrogen yang bersifat tidak racun yaitu asam urat yang untuk penge-luarannya hanya diperlukan sedikit air.
 Dengan reabsorpsi air, dengan lengkung henle yang relatif panjang dan konsentrasi HAD yang tinggi. Pada burung reabsorpsi air juga terjadi di kloaka.
 Dengan mengurangi kecepatan filtrasi glomerular dengan cara mengurangi dan memperkecil ukuran glomeruli. Misalnya pada hewan - hewan yang hidupnya di padang pasir.
 Dengan menggunakan air metabolik, mis. pada tikus gurun, menghemat pengeluaran air pada waktu bernafas, urine pekat dan faeses kering.
 Dengan mempunyai jaringan yang toleran terhadap kehilangan air, spt pada Unta.